Teori yang Berorientasi pada Proses
Proses yang dimaksud disini
adalah proses pengembangan kuri-kulum doll (1992) yang menyatakan
bahwa : “The commonly accepted definition of the curriculum has changed from
content of courses of study and list of subjects and courses to all the
experiences which are offered to learnes under the auspices or direction of the
school” (Doll, 1982: 22). Berdasarkan rumusan ini, kegiatan-kegiatan kurikuler
tidak terbatas dalam ruangan kelas, tapi mencakup juga kegiatan di luar kelas.
Pandangan ini menjelaskan bahwa antara kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler tidak terdapat pemisahan yang tegas. Semua kegiatan yang
bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa tercakup dalam
kurikulum. Pengertian kurikulum ini banyak dianut oleh para manajer kurikulum
dan dianggap sebagai pengertian kurikulum modern.
melakukan proses pengembagan
kurikulum meliputi: (1) kelompok yang terlibat - guru, murid,
supervisor, masyarkat; (2)
struktur partisipasi; (3) faktor pembentukan: etos organisasi, kebutuhan murid,
nilai yang didukung, guru, pengetahuan, gaya mengajar, dll;
1.
Kelompok yang terlibat- Guru, murid, supervisor,
masyarakat
a.
Guru
Peran guru sangat
penting dalam perancangan maupun dalam pelaksanaan kurikulum. Guru adalah perencana,
pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Meskipun guru tidak
mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum, namun guru mampu
menerjemahkan kurikulum yang datang dari atas dengan mengolah, meramu kembali
kurikulum yang datang dari pusat untuk disajikan di kelasnya. Karena guru
merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru juga yang selalu
melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum.
Peran guru bukan hanya menilai prilaku dan partisipasi belajar murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas. Peran guru di kelas adalah seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba, penyusunan organisasi, manajer sistem pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun di masyarakat. Guru sebagai pelaksana kurikulum yang menciptakan kegiatan belajar mengajar untuk muridnya. Guru menciptakan situasi belajar yang aktif , menggairahkan, penuh kesungguhan, dan mampu mendorong kreativitas anak dengan ketrampilan dan kemampuan seninya dalam mengajar.
Peran guru bukan hanya menilai prilaku dan partisipasi belajar murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas. Peran guru di kelas adalah seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba, penyusunan organisasi, manajer sistem pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun di masyarakat. Guru sebagai pelaksana kurikulum yang menciptakan kegiatan belajar mengajar untuk muridnya. Guru menciptakan situasi belajar yang aktif , menggairahkan, penuh kesungguhan, dan mampu mendorong kreativitas anak dengan ketrampilan dan kemampuan seninya dalam mengajar.
b.
Murid
Sasaran pengembangan kurikulum.
c.
Supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara
berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat
dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran
secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang
digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004).
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru
dalam melaksanakan pembelajaran, — tingkat penguasaan kompetensi guru yang
bersangkutan–, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut
tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.Jones dkk.
sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “
menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam
tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para
guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari
ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai
tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan
saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya
dengan baik
d.
Masyarakat
Sekolah adalah lembaga masyarakat yang mempersiapkan
peserta didik agar mampu hidup di dalam masyarakat itu. Sebagian dari
masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi
oleh lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Isi kurikulum hendaknya
memcerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat
sekitarnya.
2.
Struktur partisipasi
administrator
pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan,
guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.
3.
Faktor pembentuk
a.
Etos organisasi
Setidaknya terdapat
enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:.
1. Mata
pelajaran terpisah (isolated subject)
Kurikulum terdiri dari
sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan
mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama
2. Mata
pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi Kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan
mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang
saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
3.
Bidang studi (broad field); yaitu
organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan
beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama
dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata
pelajaran dapat dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran lainnya
dikorelasikan dengan core tersebut.
4.
Program yang berpusat pada anak (child
centered), yaitu program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan
peserta didik, bukan pada mata pelajaran.
5.
Inti Masalah (core program), yaitu suatu
program yang berupa unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari
suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui
kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata
pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.
6.
Ecletic Program, yaitu suatu program yang
mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata
pelajaran dan peserta didik.
b.
Kebutuhan murid
c.
Nilai yang didukung
Sistem nilai yang ada
dalam masyarakat adalah sistem nilai moral, keagamaan, sosial, budaya dan nilai
politis.. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam
pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan
diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Masalah utama yang
dihadapi para pengembang kurikulum menghadapi nilai adalah, bahwa dalam
masyarakat nilai itu tidak hanya.heterogen Masyarakat umumnya heterogen dan
multifaset. Masyarakat memiliki kelompok–kelompok etnis, kelompok intelek,
kelompok sosial dan spiritual. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek
sosial, ekonomi, politik, fisik, estetika, etika, religius dan sebagainya.
d.
Guru
Kurikulum berdasarkan
orientasi ini menekankan pada isi/materi ajaran, isinya bersumber pada disiplin
ilmu yang terstruktur/sistematis, guru berfungsi sebagai pemberi arahan
langsung dan penyampai ilmu-teknologi-nilai sehingga harus menguasai materi
ajar dengan baik, sementara siswa harus bekerja keras sebagai penerima materi
ajar, sehingga proses belajar yang terjadi adalah ekspositori, dan evaluasi
pembelajaran menggunakan traditional achievement seperti tes, uraian, multiple
objective, dan sebagainya. Pendidikan adalah ilmu yang harus dikuasai siswa
dalam kompetensi-kompetensi yang dapat diukur. Dengan demikian, tujuan
pendidikan yang digunakan adalah penguasaan mata pelajaran dan norma-norma
sosial yang sifatnya pengetahuan.
e.
Pengetahuan
f.
Gaya mengajar
Rancang setiap kelas yang unik
setelah diadakan penilaian awal dari kemampuan dan kebutuhan. Modifikasi kegiatan dan pelajaran
sesuai peralatan dan fasilitas yang ada di lingkungan. Mengevaluasi
anak secara teratur dan mengevaluasi keefektifan pengajarannya lewat anak didik
dan teman sejawat..
0 Response to "Teori yang Berorientasi pada Proses"
Post a Comment