PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
1. Pengertian
Kata ‘realistik’ merujuk pada
pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yang telah dikembangkan di
Belanda selama kurang lebih 33 tahun (dimulai tahun 1971). Kata tersebut diambil
dari klasifikasi yang dikemukakan Teffers (Streefland, 1991: 32) yang
membedakan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yaitu mechanistic,
empiristic, strukturalistik, dan realistik. Pendekatan
Matematika Realistik mengacu pada pendapat Freudenthal (Gravenmeijer, 1994)
yang mengatakan bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan banyak
berhubungan dengan realitas.
Soedjadi (2001a: 2)
mengemukakan bahwa pendekatan Matematika realistik pada dasarnya adalah
pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami oleh peserta didik untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu. Lebih lanjut
Soedjadi (2001a: 3) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan realitas adalah
hal-hal nyata atau konkret yang dapat diamati atau dipahami siswa lewat
membayangkan. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan
tempat siswa berada baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat yang
dapat dipahami siswa. Lingkungan ini disebut kehidupan sehari-hari siswa.
2.
Tujuan
pembelajaran matematika realistik
Ada 5 tujuan
pembelajaran metematika realistik yaitu :
1. Menjadikan matematika lebih menarik, relevan dan
bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.
2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3. Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa
menggunakan penyelesaian yang baku.
5. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran
matematika.
3.
Prinsip-prinsip
pendekatan metematika realistik
Terdapat lima
prinsip utama dalam ‘ kurikulum’ matematika realistik:
1. Didominasi oleh
masalah- masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan
sebagi terapan konsep matematika.
2. Perhatian diberikan
pada pengembangan model –model, situasi, sikema,dan simbol –simbol.
3. Sumbangan dari
para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan
produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri ( yang
mungkin berupa algoritma, rule atau aturan), sehingga dapat membimbing para
siswa dari level matematika informal menuju matematika formal.
4. Interaksi
sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika
5. ‘intertwinning’
( membuat jalinan ) antar topik atau antar pokok atau antar strandt
4.
Pertimbangan Menggunakan Pendekatan Realistik
Pada dasarnya
pendekatan realistik membimbing siswa untuk “ menemukan kembali” konsep –
konsep matematika yang pernah ditemukan oleh paera ahli matematika atau bila
memungkinkan siswa dapat menemukan sama sekali hala yang belum pernah di
temukan. Ini dikenal sebagai guided reinvention (Freudenthal,1991).
Implementasi
pembelajaran matematika dengan pendekatan dilakukan oleh mahasiswa yang telah
memahami bagaimana pembelajaran realistik disampaikan, dan bagaimana prinsisp –
prinsip pembelajaran realistik dilakukan.
Dikaitkan
dengan prinsip- prinsip pembelajran dalam pendekatan matematika realistik.
Berikut ini merupakan rambu- rambu penerapannya:
a) Bagaimana “
guru “ menyampaikan matematika kkontekstual sebagi starting point pembelajaran
b) Bagaimana “
guru “ menstimulasi, membimbing, dan memfasilitasi agar prosedur, algoritma,
simbol, skema, dan model yang dibuat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai
kepada matematika formal
c) Bagaiman “ guru
“ memberi atau mengarahkan kelas, kelompok, maupun individu untuk menciptakan
free production, menciptakan caranya sendiri dalam menyelesaikan soal atau
menginterpretasikan problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai macam
pendekatan, atau metode penyelesaian, atau algoritma
d) Bagaiaman “
guru “ membuata kelas bekerja secara interaktif sehingga terjadi interaksi
diantara mereka antara siswa dengan siswa dalam kelompok kecil dan antrata
anggota- anggota kelompok dalam prestasi umum, serta antara siswa dan guru
e) Bagaimana guru
membuat jalinan antara topik dengan topik lain, antara konsep dengan konsep
lain, dan antara satu simbol denngan simbol yang lain didalam rangkain topik
matematika.
Pendekatan
realistik perlu dipertimbangkan untuk dijadikan alternatif dalam pembelajarn
matematika. Namun perlu diingta bhawa masalah kontekstual yang diungkapkan
tidak selamanya berasala dari aktivitas sehari – hari, melainkan juga bis dari
konteks yang dapat di- imajinasika dalam pikiran siswa.
5.
Karakteristik
pendekatan realistik
Menurut Grafemeijer (dalam fitri,
2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran matematika realistik, yaitu sebagai
berikut:
a)
Menggunakan masalah kontekstual
Masalah
konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana
matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah matematika itu muncul
(yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari).
b)
Menggunakan model atau jembatan
Perhatian
diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan simbolisasi dari pada hanya
mentrasfer rumus. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih faham
dan mengerti tentang pembelajaran aritmatika sosial.
c)
Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang
besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan dari konstruksi murid
sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal ke arah metode yang lebih
formal. Dalam kehidupan sehari- hari diharapkan siswa dapat membedakan
pengunaan aritmatika sosial terutama pada jual beli. Contohnya: harga baju yang
didiskon dengan harga baju yang tidak didiskon.
d)
Interaktivitas
Negosiasi
secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor
penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa
digunakan sebagai jembatan untuk menncapai strategi formal. Secara berkelompok
siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan
didepan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak
sebagai fasilitator.
e)
Terintegrasi dengan topik pembelajaran
lainnya(bersifat holistik)
Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari- hari.
Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari- hari.
6.
Langkah-langkah
Pembelajaran Matematika Realistik
Berdasarkan
prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan pendapat yang telah
dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu
langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
a)
Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
yaitu
guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa
dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,serta memberi kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan masalah yang belum di pahami. Karakteristik PMR
yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan
masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran, dan karakteristik
keempat yaitu interaksi
b) Langkah
2: Menjelaskan masalah kontekstual
jika
dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi
dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa
saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang
belum dipahami
c) Langkah
3 : Menyelesaikan masalah
Siswa
mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika
yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah.
Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri
berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya
perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru mengamati,
memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh
penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada
langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model
d) Langkah 4 : Membandingkan jawaban
Guru
meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman sebangkunya,
bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan
secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi). Guru mengamati
kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberi bantuan jika dibutuhkan.
Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu. Karena di sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembentukannya. Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena siswa telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya, kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi
Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu. Karena di sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembentukannya. Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena siswa telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya, kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi
e) Langkah
5: Menyimpulkan
Dari
hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu
rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari. Karakteristik PMR yang
muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi antar siswa dengan guru.
7. Kelebihan dan
kelemehan pembelajaran metematika realistik
Beberapa keunggulan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
1.
Pelajaran
menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.
2.
Materi dapat
dipahami oleh sebagian besar siswa.
3.
Alat peraga
adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
4.
Guru ditantang
untuk mempelajari bahan.
5.
Guru menjadi
lebih kreatif membuat alat peraga.
6.
Siswa mempunyai
kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.
Beberapa
kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
1. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran
1. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran
0 Response to "PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK"
Post a Comment